Serba Celoteh Dari Admin


  1. Tulisan, cerita didalam blog ini, semua ditulis oleh admin sendiri. Untuk publish ulang, copy cerita, silahkan tinggalkan backlink ke blog ini. Ingat, berpikir dan menulis itu butuh waktu dan tenaga, hargai jerih tenaga dan pikiran orang lain

  2. Jikalau ada kesamaan cerita, nama, tempat dan kejadian didalam cerita yang admin tulis, semua hanyalah kesamaan belaka. Semua inti cerita disini adalah hasil dari inspirasi lingkungan dan kehidupan admin sendiri

  3. Untuk yang ingin memberikan ide cerita, menyumbangkan cerita, silahkan untuk menghubungi admin langsung pada kontak page yang tersedia

  4. Admin ucapkan terima kasih sudah mampir dan membaca cerita di blog ini. Semoga semua cerita ini membawa hal positif untuk hidup kita. Thanks a lot :)


Kamulah Penyembuh Luka di Hatiku [Part 2]

Kamulah penyembuh Luka di Hatiku [part 2], kumpulan cerpen Percintaan
Sebelum melanjutkan membacanya, sebagai pengingat cerita lalu, atau untuk yang belum membaca bagian pertamanya, silahkan membaca bagian pertamanya di sini "Kamulah Penyembuh Luka di Hatiku" part 1.
Dan inilah cerita lanjutannya, silahkan dinikmati :)

***

“kamu kenal kan?” tanya mas alit ketika dia duduk, aku masih berdiri terpaku di tengah-tengah pintu.
Kucoba untuk menetralkan perasaan dan kekagetanku, lalu aku duduk disebelah mas alit
Belum sempat aku menjawab pertanyaan mas alit, dia, Leo sudah menanyaiku
“kamu ... Kenapa ada disini vit” tanyanya
“kerjaan “ jawabku “sudah 2 bulan ini” tambahku
“kamu ngga ngabarin aku, atau .... Kamu sengaja?” tanyanya lagi
“nah kamu punya teman lagi kan sekarang “ kata mas alit sambil memandangku, aku hanya terdiam. Yah, aku memang tidak menghubunginya, dan memang itulah yang aku rencanakan, setidaknya aku ingin menghindarinya
“gimana kabarmu Bang?” ucapku akhirnya setelah benar-benar perasaanku kembali normal
“beginilah, baik-baik saja. Memangnya kamu kerja dimana?”
Sebuah pertanyaan yang aku tidak ingin jelaskan padanya, aku tidak ingin dia mengorek2 lagi kehidupanku, itu yang aku pikirkan, namun aku tidak bisa untuk tidak menjawabnya, mas alit tidak tau masalahku dengannya sebelum ini
“pemda, IT ...” ucapku lirih dan datar
“keren, masih sama, pecinta dunia komputer” katanya sambil terus memandangiku, dan aku agak risih dibuatnya. Dan sepertinya mas alit merasakan aku tidak enak ada leo diruangan itu. Dan untunglah mba ida keluar sambil membawakan segelas kopi untuk leo. Dan setelah mba ida ikut duduk, bahan obrolanpun berganti. Dan aku merasa tertolong.
“aku pulang dulu ya ... Masih ada yang musti diselesaikan” kataku mencoba untuk berpamitan, lalu aku melangkah ke dalam untuk mengambil tas ku, namun aku tidak segera kembali, kuambil hpku dan ku sms mas alit, dan tidak lama ia muncul di depanku
“pake sms segala, ada apa?”
“mas alit ngga ngomong leo mau kesini?” tanyaku
“memangnya kenapa? Dia sering kesini, dan juga ngga ngasi tahu kalau mau kesini juga” katanya sambil penuh selidik ‘kamu ada masalah sama dia?” tanyanya penasaran
“ngga ada, nantilah klo ada waktu ak ceritain, sekarang aku pulang dulu’
Aku dan mas alit keluar lagi, dan kini aku berpamitan dengan mba ida. Dan leo

Sampai di kost, aku langsung merebahkan diri diatas kasur. Mengenang kembali apa yang tidak aku bayangkan terjadi hari ini, bagaimana bisa akhirnya aku harus bertemu dia lagi, ahhh .... Aku mengacak-acak rambutku sendiri. Benar-benar tidak ingin bertemu denganya, namun takdir berkata lain.
Hpku berbunyi, dan kubaca bbm dari mas alit, kaget juga aku membaca isinya. Namun alasan mas alit tidak bisa membuatku harus marah, dan memang mas alit tidak tau, ada apa antara aku dengan leo. Dan tidak lama setelah aku membalas bbm mas alit, pintu kamar kostku diketok dari luar, dan mendadak badanku seperti ada di kutub utara, dingin, dan juga hatiku berdebar, sebuah perasaan tidak enak melandaku.
Aku tidak punya teman lain selain mas alit yang pernah kuajak ke kostku, dan teman kerjapun tidak mungkin datang tanpa memberitahu dahulu. Kugelengkan kepalaku dan mencoba menepis, siapa gerangan yang ada dibalik pintu. Aku bagun dari tidurku dan beranjak menuju ke arah pintu. Ku putar kuncinya dan aku membuka, dan sekali lagi, aku terkejut mendapati orang yang berdiri disana adalah orang yang hari ini juga mengejutkanku. Leo ... Ah siall pikirku, dan aku tidak bisa menunyuruhnya untuk berdiri disana saja. Dia masuk kedalam kamarku dan aku hanya duduk di tepi kasurku
“kamu sepertinya tidak ingin ketemu aku” kata leo tanpa basa basi, dan itu membuatku merasa tidak nyaman dengan suasana sekarang
“cuma pemikiranmu saja” ucapku sambil kupandangi dia, dan ketika dia memandangku juga, dengan tatapan tajam, aku yang kalah
“kamu tidak lupa disini rumahku kan? Atau menolak untuk lupa”
“apa yang kau ingin biacarakan, kamu kesini tidak untuk mampir saja kan?” kataku akhirnya
Kuambil minuman didalam kardus di bawah meja, dan kuberikan satu padanya
“aku cuma ingin tahu, kenapa kamu ada disini selama 2 bulan, dan kamu tidak memberitahu sama sekali”
Aku menghela nafas sejenak sebelum aku memberikan jawaban pada leo
“bang, apa itu penting aku memberitahumu aku ada disini?” tanyaku
Leo memandangiku dengan bara api dimatanya, dan aku membenci hal itu. Lalu matanya sayu
“bahkan tak ada rasa kangen, aku kaget kamu berdiri disana, dan aku merindukanmu, tapi aku tak pernah tahu, kamu bahkan membenciku sekarang”
Aku benar-benar tidak tau harus berkata apa
“bang, aku ngga ingin membicarakan ini,” aku bergerak mendekati leo dan duduk didepannya yang bersandar di dinding tembok kamarku, kuulurkan tanganku “ayo kita berteman, aku ngga punya teman disini”
Dia memandangku, menerima uluran tanganku, dan aku kaget ketika dia menarikku, dan aku terjatuh, aku hanya terdiam sesaat ketika dia memelukku
“aku merindukanmu vit” ucapnya, terdengar sendu dan tulus
Kucoba melepasnya, namun dia tak menggerakkan tangannya dari pinggangku “bang ... “ panggilku sambil sekali lagi melepaskan tangannya dari badanku
“jangan mengacaukan hidupku lagi bang, sisa kontrakku 4 bulan lagi, aku ngga mau kamu merusaknya hanya karna masalah kita dimasa lalu”
“kau tidak ingat, kamu yang memutus komunikasi kita?”
“aku tau. Sudahlah, aku capek, aku ingin tidur” kataku sambil menuju tepi kasurku yang tidak begitu empuk
Tanpa berkata-kata lagi, leo bangun dan keluar dari kamarku. Aku berjalan menutup pintu dan menguncinya, lalu merebahkan badanku diatas kasur. Walau tak ada kantuk menghinggapi


*** Bersambung lagi ke episode 3 ya :) ***

No comments:

Post a Comment

Saran dan Kritik dipersilahkan :)