Serba Celoteh Dari Admin


  1. Tulisan, cerita didalam blog ini, semua ditulis oleh admin sendiri. Untuk publish ulang, copy cerita, silahkan tinggalkan backlink ke blog ini. Ingat, berpikir dan menulis itu butuh waktu dan tenaga, hargai jerih tenaga dan pikiran orang lain

  2. Jikalau ada kesamaan cerita, nama, tempat dan kejadian didalam cerita yang admin tulis, semua hanyalah kesamaan belaka. Semua inti cerita disini adalah hasil dari inspirasi lingkungan dan kehidupan admin sendiri

  3. Untuk yang ingin memberikan ide cerita, menyumbangkan cerita, silahkan untuk menghubungi admin langsung pada kontak page yang tersedia

  4. Admin ucapkan terima kasih sudah mampir dan membaca cerita di blog ini. Semoga semua cerita ini membawa hal positif untuk hidup kita. Thanks a lot :)


Dia, Sahabatku [ Part 2 ]

Cerita cinta : Dia, Sahabatku [ Part 2 ]
"Kamu pasti masih benci sama aku gara-gara kejadian dulu itu" kata Andi ketika kami duduk di pasir di tepi pantai
Aku tak menjawab, selain karena malas diingatkan akan kejadian itu, aku juga tidak ingin membahas masalah aku dan dia, toh semua dulu itu hanya main-main. Aku memainkan pasir dan membuat bundaran yang tak ada artinya
"Aku minta maaf, karena tidak seharusnya aku mau melakukan itu denganmu" lanjut Andi
"Sudahlah, kamu kesini ngga ingin membicarakan itu kan?" ucapku akhirnya
Aku bangun dari dudukku, dan membersihkan pasir yang ada di belakang celanaku
"Ayo kita jalan-jalan dan mainan air" kataku sambil kuulurkan tanganku pada Andi. Agak ragu ia untuk bangun namun akhirnya ia menggenggam tanganku juga, dan akhirnya kami berjalan menuju bibir pantai yang ombaknya tidak begitu besar.
Kupandangi wajah Andi ketika sudah sampai ditepi pantai dia tidak juga melepaskan tanganku, padahal aku mengulurkan tangan tadi supaya dia melupakan apa yang dibicarakan tadi. Aku mencoba mencairkan suasana dengan tertawa kecil.
"Kamu ulang tahun malah galau begini, kalau kamu ingin ditemani cewe ... kan udah ada aku, mau siapa lagi yang menemanimu hari ini" tanyaku sambil kutatap wajahnya yang agak sayu
Andi melepaskan tanganku.
"Atau kamu kena batunya ... kamu suka aku beneran?" kataku iseng
Ia tidak menjawab perkataanku sama sekali, ia hanya menarikku dan merengkuh pinggangku seraya memaksaku berjalan menyusuri air pantai yang kadang sampai pada sepatuku. Dan aku hanya mengikuti arahnya berjalan, yah, saat ini, aku hanya memikirkan mungkin kado ini yang bisa aku berikan untuk Andi, lalu akupun memeluk pinggangnya sambil berjalan-jalan dipantai.

****

Malam itu tiba-tiba Andi datang ke rumahku, seolah tadi siang acara jalan-jalan kepantai dan makan belum lah membuatnya puas. Aku memang tidak bisa menolaknya, karena kebetulan Mama yang membukakan pintu, dan beliau tidak tau ada masalah apa aku dulu dengan Andi, Mama hanya tahu aku pernah pacaran dengannya.
"Kamu bener-bener suka aku beneran sekarang ?" tanyaku padanya ketika aku duduk di depannya diruang tamu sambil tertawa
"Ya, kamu mau pacaran sama aku lagi?" ucapnya serius
Dan jawaban Andi malah membuatku salah tingkah sendiri
"Ngga deh, mana aku tau omongan kamu serius atau cuma taruhan"
"Aku bener-bener suka kamu Na, bisakah kamu mempercayaiku sekali ini"
"Hanya hari ini?"
"aku serius ..." katanya, memang kulihat mukanya tidak main-main, namun dulupun ketika dia mengajak pacaran juga muka serius, tahunya hanya taruhan dengan teman-temannya.
"Umurmu dah nambah 1 tahun Ndi, berubahlah ... dulu aku meladenimu, karena aku tahu kamu taruhan, tapi kali ini ... kamu taruhan berapa?" tanyaku dengan penuh curiga
"Aku taruhan dengan hatiku, kalau kau ingin tahu" jawab andi singkat
aku tertawa, agak keras, dan itu membuat andi memerah wajahnya.
"kalau aku main-main untuk apa aku kesini Na, toh aku sudah pergi denganmu tadi, tak bisakah kamu mempercayai aku sekali ini"
agak malas juga aku ribut dengan andi, dan akhirnya aku harus mengalah
"Ok aku percaya, namun jujur aku ngga bisa ndi, aku ngga tau kamu benar-benar sudah berubah atau belum"
"kau ingin aku membuktikan dengan apa?"
"ngga perlu ndi, cukup jadi dirimu sendiri saja"
kami berdua sama-sama diam setelah itu. aku bangun menuju dalam rumah dan kembali sambil membawa minuman yang dibuatkan mamaku. kuserahkan minuman padanya dan aku duduk disebelahnya.
"aku sayang sama kamu ndi, namun untuk mempercayaimu, butuh waktu tidak sebentar"
"beri aku waktu dan aku akan membuktikan itu"
"bagaimana kalau aku minta bukti kamu untuk minta maaf sama orang-orang yang pernah kamu permainkan"
ia memandangku sejenak
"hanya itu?" tanyanya
"ya, dengan bukti tentunya, aku minta mereka bikin pernyataan dikertas memaafkanmu, bagaimana, sanggup"
"akan aku lakukan"
"baiklah, aku akan mencoba percaya kamu" kataku tersenyum
"jadi kamu mau jadi pacarku lagi?"
"hmmmm ... tidak sekarang tentunya, tunggu kamu ngumpulin tugas"
Andi tersenyum lega, dan tiba-tiba ia mencium keningku. aku hanya memandingi wajahnya, bahagiakah dia sekarang?

Aku bangun dari duduk dan menyuruh andi bangun juga, kuajak ia ke dalam, dan kusuruh ia makan malam dirumah bareng mama juga. aku katakan kalau hari ini Andi ulang tahun, dan akhirnya mamaku membuat makan malam dengan lilin yang sama sekali tidak spesial  sama sekali.

***

Tepat 2 hari setelah itu, Andi hari ini tidak masuk kuliah, entah kenapa, Hpnya tidak bisa kuhubungi juga, agak kepikiran tidak enak memikirkan dia, jangan-jangan kenapa napa itu anak, namun aku mencoba untuk tidak memikirkannya, karena semakin memikirkan andi semakin aku memikirkan hal tidak baik.

Namun ketika baru setengah jam aku pulang dari kampus sore itu, bel rumah berbunyi, dan aku melihat ke arah depan lewat jendela kamarku, di depan pagar berdiri Andi. lalu aku keluar untuk membukakan pintu, dan betapa kagetnya ketika aku melihat ada memar merah di wajahnya.

"kamu kenapa?" tanyaku sambil kusuruh ia masuk
"ngga apa-apa, hadiah"
"kamu berantem?" kataku lagi penasaran
setelah duduk andi membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa lembar kertas dan diberikannya padaku, aku menerima dan membacanya ... OMG ... aku memandangi andi tak percaya
"gara-gara ini mukamu begitu"
"ngga apa-apa, aku iklas kok ... kamu percaya sekarang?" ucapnya, walau aku tau dia pasti merasa sakit, namun sepertinya tak dirasakannya
kertas itu adalah beberapa pengakuan dari cewek yang pernah di jadikan taruhan dengan teman-temannya dahulu, ada lebih dari 10 lembar ... hatiku terharu apalagi melihat muka andi yang memar merah
"sakit ?" tanyaku sambil kusentuh memar diwajahnya
"munafik kalau kubilang ngga sakit na, tapi sekarang aku lega, dan lagi, ini bisa membuatmu percaya aku kan?"
"ya ..." ucapku sendu, ku dekati dia dan kupeluk dia akhirnya, ia pun membalas pelukanku
"kamu mau kan sekarang jadi pacarku?"
"haruskah aku menjawabnya?" kulepaskan pelukannya dan kupandangi wajahnya yang tidak karuan itu
"tidak perlu, kau peluk lagi saja, itu dah bisa menjawab buatku"
aku terhenyak sesaat dan melolot ...
"hmmmm yakin?"
dia diam memandangiku lekat-lekat
dan akhirnya aku memberikan jawaban yang dia inginkan , dan aku memeluknya lagi, dia membalasnya seraya mencium pipiku
"makasih na, aku janji akan jadi lebih baik lagi dan berubah"

beberapa menit kemudian aku menyuruh andi kedalam untuk aku obati mukanya yang agak aneh itu, hingga mamaku pulang dari kantor, dan beliau terheran-heran melihat wajah andi. Dan aku bercerita bohong pada mama kenapa bisa begitu, dan akhirnya Andi malah kena semprot mamaku, karena aku cerita dia habis berantem sama temannya.

Akhirnya aku kembali pacaran dengan andi, namun kali ini tidak untuk taruhan, setidaknya untuk kali ini taruhannya adalah hati kami

** the end **