Serba Celoteh Dari Admin


  1. Tulisan, cerita didalam blog ini, semua ditulis oleh admin sendiri. Untuk publish ulang, copy cerita, silahkan tinggalkan backlink ke blog ini. Ingat, berpikir dan menulis itu butuh waktu dan tenaga, hargai jerih tenaga dan pikiran orang lain

  2. Jikalau ada kesamaan cerita, nama, tempat dan kejadian didalam cerita yang admin tulis, semua hanyalah kesamaan belaka. Semua inti cerita disini adalah hasil dari inspirasi lingkungan dan kehidupan admin sendiri

  3. Untuk yang ingin memberikan ide cerita, menyumbangkan cerita, silahkan untuk menghubungi admin langsung pada kontak page yang tersedia

  4. Admin ucapkan terima kasih sudah mampir dan membaca cerita di blog ini. Semoga semua cerita ini membawa hal positif untuk hidup kita. Thanks a lot :)


Kamulah Penyembuh Luka di Hatiku [Part 2]

Kamulah penyembuh Luka di Hatiku [part 2], kumpulan cerpen Percintaan
Sebelum melanjutkan membacanya, sebagai pengingat cerita lalu, atau untuk yang belum membaca bagian pertamanya, silahkan membaca bagian pertamanya di sini "Kamulah Penyembuh Luka di Hatiku" part 1.
Dan inilah cerita lanjutannya, silahkan dinikmati :)

***

“kamu kenal kan?” tanya mas alit ketika dia duduk, aku masih berdiri terpaku di tengah-tengah pintu.
Kucoba untuk menetralkan perasaan dan kekagetanku, lalu aku duduk disebelah mas alit
Belum sempat aku menjawab pertanyaan mas alit, dia, Leo sudah menanyaiku
“kamu ... Kenapa ada disini vit” tanyanya
“kerjaan “ jawabku “sudah 2 bulan ini” tambahku
“kamu ngga ngabarin aku, atau .... Kamu sengaja?” tanyanya lagi
“nah kamu punya teman lagi kan sekarang “ kata mas alit sambil memandangku, aku hanya terdiam. Yah, aku memang tidak menghubunginya, dan memang itulah yang aku rencanakan, setidaknya aku ingin menghindarinya
“gimana kabarmu Bang?” ucapku akhirnya setelah benar-benar perasaanku kembali normal
“beginilah, baik-baik saja. Memangnya kamu kerja dimana?”
Sebuah pertanyaan yang aku tidak ingin jelaskan padanya, aku tidak ingin dia mengorek2 lagi kehidupanku, itu yang aku pikirkan, namun aku tidak bisa untuk tidak menjawabnya, mas alit tidak tau masalahku dengannya sebelum ini
“pemda, IT ...” ucapku lirih dan datar
“keren, masih sama, pecinta dunia komputer” katanya sambil terus memandangiku, dan aku agak risih dibuatnya. Dan sepertinya mas alit merasakan aku tidak enak ada leo diruangan itu. Dan untunglah mba ida keluar sambil membawakan segelas kopi untuk leo. Dan setelah mba ida ikut duduk, bahan obrolanpun berganti. Dan aku merasa tertolong.
“aku pulang dulu ya ... Masih ada yang musti diselesaikan” kataku mencoba untuk berpamitan, lalu aku melangkah ke dalam untuk mengambil tas ku, namun aku tidak segera kembali, kuambil hpku dan ku sms mas alit, dan tidak lama ia muncul di depanku
“pake sms segala, ada apa?”
“mas alit ngga ngomong leo mau kesini?” tanyaku
“memangnya kenapa? Dia sering kesini, dan juga ngga ngasi tahu kalau mau kesini juga” katanya sambil penuh selidik ‘kamu ada masalah sama dia?” tanyanya penasaran
“ngga ada, nantilah klo ada waktu ak ceritain, sekarang aku pulang dulu’
Aku dan mas alit keluar lagi, dan kini aku berpamitan dengan mba ida. Dan leo

Sampai di kost, aku langsung merebahkan diri diatas kasur. Mengenang kembali apa yang tidak aku bayangkan terjadi hari ini, bagaimana bisa akhirnya aku harus bertemu dia lagi, ahhh .... Aku mengacak-acak rambutku sendiri. Benar-benar tidak ingin bertemu denganya, namun takdir berkata lain.
Hpku berbunyi, dan kubaca bbm dari mas alit, kaget juga aku membaca isinya. Namun alasan mas alit tidak bisa membuatku harus marah, dan memang mas alit tidak tau, ada apa antara aku dengan leo. Dan tidak lama setelah aku membalas bbm mas alit, pintu kamar kostku diketok dari luar, dan mendadak badanku seperti ada di kutub utara, dingin, dan juga hatiku berdebar, sebuah perasaan tidak enak melandaku.
Aku tidak punya teman lain selain mas alit yang pernah kuajak ke kostku, dan teman kerjapun tidak mungkin datang tanpa memberitahu dahulu. Kugelengkan kepalaku dan mencoba menepis, siapa gerangan yang ada dibalik pintu. Aku bagun dari tidurku dan beranjak menuju ke arah pintu. Ku putar kuncinya dan aku membuka, dan sekali lagi, aku terkejut mendapati orang yang berdiri disana adalah orang yang hari ini juga mengejutkanku. Leo ... Ah siall pikirku, dan aku tidak bisa menunyuruhnya untuk berdiri disana saja. Dia masuk kedalam kamarku dan aku hanya duduk di tepi kasurku
“kamu sepertinya tidak ingin ketemu aku” kata leo tanpa basa basi, dan itu membuatku merasa tidak nyaman dengan suasana sekarang
“cuma pemikiranmu saja” ucapku sambil kupandangi dia, dan ketika dia memandangku juga, dengan tatapan tajam, aku yang kalah
“kamu tidak lupa disini rumahku kan? Atau menolak untuk lupa”
“apa yang kau ingin biacarakan, kamu kesini tidak untuk mampir saja kan?” kataku akhirnya
Kuambil minuman didalam kardus di bawah meja, dan kuberikan satu padanya
“aku cuma ingin tahu, kenapa kamu ada disini selama 2 bulan, dan kamu tidak memberitahu sama sekali”
Aku menghela nafas sejenak sebelum aku memberikan jawaban pada leo
“bang, apa itu penting aku memberitahumu aku ada disini?” tanyaku
Leo memandangiku dengan bara api dimatanya, dan aku membenci hal itu. Lalu matanya sayu
“bahkan tak ada rasa kangen, aku kaget kamu berdiri disana, dan aku merindukanmu, tapi aku tak pernah tahu, kamu bahkan membenciku sekarang”
Aku benar-benar tidak tau harus berkata apa
“bang, aku ngga ingin membicarakan ini,” aku bergerak mendekati leo dan duduk didepannya yang bersandar di dinding tembok kamarku, kuulurkan tanganku “ayo kita berteman, aku ngga punya teman disini”
Dia memandangku, menerima uluran tanganku, dan aku kaget ketika dia menarikku, dan aku terjatuh, aku hanya terdiam sesaat ketika dia memelukku
“aku merindukanmu vit” ucapnya, terdengar sendu dan tulus
Kucoba melepasnya, namun dia tak menggerakkan tangannya dari pinggangku “bang ... “ panggilku sambil sekali lagi melepaskan tangannya dari badanku
“jangan mengacaukan hidupku lagi bang, sisa kontrakku 4 bulan lagi, aku ngga mau kamu merusaknya hanya karna masalah kita dimasa lalu”
“kau tidak ingat, kamu yang memutus komunikasi kita?”
“aku tau. Sudahlah, aku capek, aku ingin tidur” kataku sambil menuju tepi kasurku yang tidak begitu empuk
Tanpa berkata-kata lagi, leo bangun dan keluar dari kamarku. Aku berjalan menutup pintu dan menguncinya, lalu merebahkan badanku diatas kasur. Walau tak ada kantuk menghinggapi


*** Bersambung lagi ke episode 3 ya :) ***
Baca Selengkapnya

Kamulah Penyembuh Luka di Hatiku

kumpulan cerita pendek cinta
Cerita ini mungkin agak panjang dan menjadi beberapa episode, tapi tak apa ya. Karena sampai aku memposting untuk bagian pertamanya, kisah akhirnya belum terselesaikan, dan di word sedah sampai pada page 12 :). Langsung saja yuk baca cerita panjang ini dengan judul "Kamulah Penyembuh Luka di Hatiku" judul yang asal aku ambil :)

****

Aku masih memandangi layar monitor didepanku, sebuah email yang harus aku kirimkan paling lambat hari ini. Email jawaban untuk sebuah pekerjaan yang jangka waktunya 6 bulan. Tanganku masih saja mencoba untuk menari diatas keyboard laptop, namun belum juga satu huruf aku berhasil untuk ketikkan. Sebuah tempat yang jauh, dan bahkan belum pernah aku singgahi sebelumnya. Pekanbaru ... Yah disanalah aku akan bekerja selama setengah tahun, itupun jika aku memberikan jawan ‘iya’ dalam emailku.

Disatu sisi ada sebuah ganjalan, yang walaupun itu sebuah kemungkinan yang menurutku tidak akan terjadi, namun tetap saja kemungkinan itu bisa terjadi, dimana seorang yang pernah bahkan sering membuatku menangis sendiri berada disana, karena disanalah kampung halamannya, dan dia berada pula disana.
Dan akhirnya keputusanku setelah melewati ada 5 menit aku memikirkan, aku menyelesaikkan juga email balasan. Dan kucoba membaca kembali apa hasil tulisanku, bagaimanapun itu sudah aku kirim, dan juga inilah pekerjaanku, sebagian dari mata pencaharianku.

Sore itu akhirnya aku berhasil menjejakkan kakiku disebuah kota yang jauh dari tempat tinggalku, kota yang bahkan berjarakkan lautan. Aku keluar dari pintu bandara dan memesan taksi sambil kuberikan sebuah alamat pada sang sopir. Dan tidak selang dari setengah jam aku berdiri disebuah bangunan yang sudah dipersiapkan untukku, walaupun hanya untuk sementara sebelum aku mendapatkan tempat tinggal permanent yang sementara. Rumah singgah untuk tamu pihak pemerintah daerah. Memang kelihatan agak formal, dan itu membuatku untuk berpikir, secepat mungkin aku harus mendapatkan tempat tinggal.
Aku memasuki pintu gerbang dan berbincang sebentar dengan seorang satpam yang menjaga rumah tersebut, dan setelah satpam itu menghubungi seseorang aku diantarnya ke sebuah kamar.
Melihat sebuah ranjang, rasa lelah dan letih langsung tidak bisa diajak kompromi, dan setelah menutup pintu kamar, aku langsung saja merebahkan badanku disana.

Akhirnya aku mendaparkan sebuah kost yang tidak jauh dari tempatku harus menyelesaikan kontrak selama 6 bulan, tempat yang tidak begitu jauh dari kantor pemerintah daerah. Dan hari ini adalah hari pertama aku harus bekerja, walau sebenarnya hanya sebuah formalitas, karena hari pertamaku di kantor ini, hanya perkenalan dan juga kunjungan ke bagian-bagian dari perkantoran yang berdiri kokoh didepan alun-alun kota pekanbaru.

Seminggu sudah aku berada dikota pekanbaru, walau belum mempunyai teman dekat, aku sudah merasa agak betah disini, karena walau kadang merasa sepi, setiap malam aku bisa melihat banyak orang ada dialun-alun yang tidak begitu jauh dari tempat kostku, dan tempat itu pula yang menjadi tempat nongkrong favoritku.
Ketika sedang menikmati jagung bakar disalah satu pinggiran alun-alun itu, aku melihat seseorang yang sepertinya tidak asing dingatanku, kuamati beberapa saat, dan sepertinya tidak salah. Dengan agak ragu aku mendekati laki-laki itu yang tidak jauh dari tempatku duduk.
“maaf ... “ kataku, dan dia menoleh padaku “kamu Mas Alit?” lanjutku dan sepertinya dia memandangku sambil berpikir
“siapa ya ... Seperti pernah kenal “ katanya menjawab sapaanku “iya aku alit”
Yah, inilah kebahagiaan pertama yang aku dapatkan selama seminggu ini, bertemu dengan sahabat lama, yang tidak terlalu dekat sebenarnya
Aku mengulurkan tanganku, dan kami berjabat tangan “aku vita mas, masih ingat, anak mapala UGM”
Dia sepertinya memutar otaknya, dan akhirnya dia tersenyum “oh iya, aku ingat, ko bisa disini?” tanyanya
“terdampar karena pekerjaan “ kataku sambil tersenyum, dan kemudian aku duduk disebelahnya
“kerja dimana emangnya?”
“tuh ... “ ucapku sambil menunjuk ke arah gedung Sekda
“wah, mantep nih ... “
“mantep apanya, cuman pekerja kontrakan ko, 6 bulan saja”
Dia manggut-manggut “kamu sendiri sibuk apa sekarang mas?” tanyaku padanya
“LSM, Walhi ... Cuman itu, belum nemu lingkungan pekerjaan lainnya”
“masih jadi aktifis ternyata “ kataku tersenyum “ masih kontak sama anak-anak” tanyaku kembali
Aku memang dulu dekat dengan anak-anak mapala UPN tempat mas alit kuliah, bahkan tiap kegiatan, aku selalu diundang, sebuah kehormatan buatku, karena undangan itu selalu untuk personal, bukan untuk mapala aku ikut
Kamipun ngobrol tentang masa lalu, dan juga aku bertanya tempat yang enak selain alun-alun. Toh selama 6 bulan aku tidak hanya akan mengenal alun-alun saja, pikirku

Siang itu aku mampir ke kantor WALHI, dengan bantuan GPS ... Agak lucu memang, seorang pecinta alam berjalan-jalan menggunakan GPS, namun dari pada harus nyasar, dan apalah gunanya GPS ada di handphone kalau tidak digunakan. Ku parkirkan motor inventaris dari pemda untukku selama bekerja. Dan aku mengetok pintu yang tidak tertutup, seorang wanita menyambutku, dan aku dibawanya masuk kedalam, mas alit memperkenalkan aku dengan rekan kerjanya yang saat itu ada di kantor itu.
Kamipun ngobrol, mereka semua bersahabt dan ramah, belum lama saling kenal sudah seperti teman dekat saja, dan inilah salah satu yang aku banggakan dari seorang pecinta alam, dan aktifis lingkungan hidup. Semua adalah saudara, itu yang aku juga tanamkan dalam diriku.
Setengah jam berlalu, dikantor itu memang sedang tidak begitu sibuk, mereka banyak yang duduk sambil minum kopi sambil ngobrol banyak hal. Dan aku sendiri sudah menghabiskan segelas kopi. Perutku terasa ingin buang air kecil, dan aku menuju kamar mandi, setelah selesai kulihat mba Ida, orang yang tadi menyambutku sedang memasak air. Hingga datang mas alit ke dapur
“vit, ada seseorang tuh didepan, mungkin kamu pernah kenal, dia anak mapala juga” agak berkerut keningku, sambil aku berjalan dibelakang mas alit menuju ruang tamu
“siapa emangnya mas?” tanyaku, namun belum sempat mas alit menjawab, dari pintu aku melihat siapa yang dimaksud, dan setelah kami bertatapan, hanya muka kaget yang aku bisa rasakan. OMG dunia ini sempit, dan inilah yang tidak aku inginkan terjadi. 2 bulan, dan akhirnya terjadi juga

*** bersambung ke part 2 ***
Baca Selengkapnya

Dia, Sahabatku [ Part 2 ]

Cerita cinta : Dia, Sahabatku [ Part 2 ]
"Kamu pasti masih benci sama aku gara-gara kejadian dulu itu" kata Andi ketika kami duduk di pasir di tepi pantai
Aku tak menjawab, selain karena malas diingatkan akan kejadian itu, aku juga tidak ingin membahas masalah aku dan dia, toh semua dulu itu hanya main-main. Aku memainkan pasir dan membuat bundaran yang tak ada artinya
"Aku minta maaf, karena tidak seharusnya aku mau melakukan itu denganmu" lanjut Andi
"Sudahlah, kamu kesini ngga ingin membicarakan itu kan?" ucapku akhirnya
Aku bangun dari dudukku, dan membersihkan pasir yang ada di belakang celanaku
"Ayo kita jalan-jalan dan mainan air" kataku sambil kuulurkan tanganku pada Andi. Agak ragu ia untuk bangun namun akhirnya ia menggenggam tanganku juga, dan akhirnya kami berjalan menuju bibir pantai yang ombaknya tidak begitu besar.
Kupandangi wajah Andi ketika sudah sampai ditepi pantai dia tidak juga melepaskan tanganku, padahal aku mengulurkan tangan tadi supaya dia melupakan apa yang dibicarakan tadi. Aku mencoba mencairkan suasana dengan tertawa kecil.
"Kamu ulang tahun malah galau begini, kalau kamu ingin ditemani cewe ... kan udah ada aku, mau siapa lagi yang menemanimu hari ini" tanyaku sambil kutatap wajahnya yang agak sayu
Andi melepaskan tanganku.
"Atau kamu kena batunya ... kamu suka aku beneran?" kataku iseng
Ia tidak menjawab perkataanku sama sekali, ia hanya menarikku dan merengkuh pinggangku seraya memaksaku berjalan menyusuri air pantai yang kadang sampai pada sepatuku. Dan aku hanya mengikuti arahnya berjalan, yah, saat ini, aku hanya memikirkan mungkin kado ini yang bisa aku berikan untuk Andi, lalu akupun memeluk pinggangnya sambil berjalan-jalan dipantai.

****

Malam itu tiba-tiba Andi datang ke rumahku, seolah tadi siang acara jalan-jalan kepantai dan makan belum lah membuatnya puas. Aku memang tidak bisa menolaknya, karena kebetulan Mama yang membukakan pintu, dan beliau tidak tau ada masalah apa aku dulu dengan Andi, Mama hanya tahu aku pernah pacaran dengannya.
"Kamu bener-bener suka aku beneran sekarang ?" tanyaku padanya ketika aku duduk di depannya diruang tamu sambil tertawa
"Ya, kamu mau pacaran sama aku lagi?" ucapnya serius
Dan jawaban Andi malah membuatku salah tingkah sendiri
"Ngga deh, mana aku tau omongan kamu serius atau cuma taruhan"
"Aku bener-bener suka kamu Na, bisakah kamu mempercayaiku sekali ini"
"Hanya hari ini?"
"aku serius ..." katanya, memang kulihat mukanya tidak main-main, namun dulupun ketika dia mengajak pacaran juga muka serius, tahunya hanya taruhan dengan teman-temannya.
"Umurmu dah nambah 1 tahun Ndi, berubahlah ... dulu aku meladenimu, karena aku tahu kamu taruhan, tapi kali ini ... kamu taruhan berapa?" tanyaku dengan penuh curiga
"Aku taruhan dengan hatiku, kalau kau ingin tahu" jawab andi singkat
aku tertawa, agak keras, dan itu membuat andi memerah wajahnya.
"kalau aku main-main untuk apa aku kesini Na, toh aku sudah pergi denganmu tadi, tak bisakah kamu mempercayai aku sekali ini"
agak malas juga aku ribut dengan andi, dan akhirnya aku harus mengalah
"Ok aku percaya, namun jujur aku ngga bisa ndi, aku ngga tau kamu benar-benar sudah berubah atau belum"
"kau ingin aku membuktikan dengan apa?"
"ngga perlu ndi, cukup jadi dirimu sendiri saja"
kami berdua sama-sama diam setelah itu. aku bangun menuju dalam rumah dan kembali sambil membawa minuman yang dibuatkan mamaku. kuserahkan minuman padanya dan aku duduk disebelahnya.
"aku sayang sama kamu ndi, namun untuk mempercayaimu, butuh waktu tidak sebentar"
"beri aku waktu dan aku akan membuktikan itu"
"bagaimana kalau aku minta bukti kamu untuk minta maaf sama orang-orang yang pernah kamu permainkan"
ia memandangku sejenak
"hanya itu?" tanyanya
"ya, dengan bukti tentunya, aku minta mereka bikin pernyataan dikertas memaafkanmu, bagaimana, sanggup"
"akan aku lakukan"
"baiklah, aku akan mencoba percaya kamu" kataku tersenyum
"jadi kamu mau jadi pacarku lagi?"
"hmmmm ... tidak sekarang tentunya, tunggu kamu ngumpulin tugas"
Andi tersenyum lega, dan tiba-tiba ia mencium keningku. aku hanya memandingi wajahnya, bahagiakah dia sekarang?

Aku bangun dari duduk dan menyuruh andi bangun juga, kuajak ia ke dalam, dan kusuruh ia makan malam dirumah bareng mama juga. aku katakan kalau hari ini Andi ulang tahun, dan akhirnya mamaku membuat makan malam dengan lilin yang sama sekali tidak spesial  sama sekali.

***

Tepat 2 hari setelah itu, Andi hari ini tidak masuk kuliah, entah kenapa, Hpnya tidak bisa kuhubungi juga, agak kepikiran tidak enak memikirkan dia, jangan-jangan kenapa napa itu anak, namun aku mencoba untuk tidak memikirkannya, karena semakin memikirkan andi semakin aku memikirkan hal tidak baik.

Namun ketika baru setengah jam aku pulang dari kampus sore itu, bel rumah berbunyi, dan aku melihat ke arah depan lewat jendela kamarku, di depan pagar berdiri Andi. lalu aku keluar untuk membukakan pintu, dan betapa kagetnya ketika aku melihat ada memar merah di wajahnya.

"kamu kenapa?" tanyaku sambil kusuruh ia masuk
"ngga apa-apa, hadiah"
"kamu berantem?" kataku lagi penasaran
setelah duduk andi membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa lembar kertas dan diberikannya padaku, aku menerima dan membacanya ... OMG ... aku memandangi andi tak percaya
"gara-gara ini mukamu begitu"
"ngga apa-apa, aku iklas kok ... kamu percaya sekarang?" ucapnya, walau aku tau dia pasti merasa sakit, namun sepertinya tak dirasakannya
kertas itu adalah beberapa pengakuan dari cewek yang pernah di jadikan taruhan dengan teman-temannya dahulu, ada lebih dari 10 lembar ... hatiku terharu apalagi melihat muka andi yang memar merah
"sakit ?" tanyaku sambil kusentuh memar diwajahnya
"munafik kalau kubilang ngga sakit na, tapi sekarang aku lega, dan lagi, ini bisa membuatmu percaya aku kan?"
"ya ..." ucapku sendu, ku dekati dia dan kupeluk dia akhirnya, ia pun membalas pelukanku
"kamu mau kan sekarang jadi pacarku?"
"haruskah aku menjawabnya?" kulepaskan pelukannya dan kupandangi wajahnya yang tidak karuan itu
"tidak perlu, kau peluk lagi saja, itu dah bisa menjawab buatku"
aku terhenyak sesaat dan melolot ...
"hmmmm yakin?"
dia diam memandangiku lekat-lekat
dan akhirnya aku memberikan jawaban yang dia inginkan , dan aku memeluknya lagi, dia membalasnya seraya mencium pipiku
"makasih na, aku janji akan jadi lebih baik lagi dan berubah"

beberapa menit kemudian aku menyuruh andi kedalam untuk aku obati mukanya yang agak aneh itu, hingga mamaku pulang dari kantor, dan beliau terheran-heran melihat wajah andi. Dan aku bercerita bohong pada mama kenapa bisa begitu, dan akhirnya Andi malah kena semprot mamaku, karena aku cerita dia habis berantem sama temannya.

Akhirnya aku kembali pacaran dengan andi, namun kali ini tidak untuk taruhan, setidaknya untuk kali ini taruhannya adalah hati kami

** the end **
Baca Selengkapnya

Dia, Sahabatku

cerpen - Dia, Sahabatku
Terbangun aku oleh suara dering alarm di ponselku. Dengan nyawa yang berlum terkumpul aku mencari-cari ponsel yang biasanya aku letakkan diatas bantalku. Kulihat alarm apakah yang berbunyi di jam 2 pagi dini hari. agak silau mataku melihat layar di ponselku, sebuah tulisan disana mengingatkan aku pada temanku sekelas yang menurut tulisan itu sedang berulang tahun. Aku sudah tidak bisa melanjutkan tidurku lagi karena bunyi alarm tadi, kucoba bangkit dari tidurku dan duduk didepan meja kecil dimana laptopku berada.
Kunyalakan laptopku sambil memikirkan apa yang akan aku lakukan, ada sebersit rasa ingin menghubungi orang yang berulang tahun, namun ragu menderaku.

Teringat akan sebuah kenangan tidak enak beberapa bulan lalu, dimana aku meladeni temanku itu yang aku tahu kenapa dia melakukan hal menyakitikan untuk wanita. Bermain taruhan untuk pengakuan cinta dari wanita.
Aku akhirnya mengirimkan BBM padanya mengucapkan selamat ulang tahun, tak ada kata spesial, mungkin terlalu hambar malahan, dan tak lama dia merespon BBM ku mengucapkan terima kasih. Akupun melanjutkan pada layar di depanku.

**

Agak telat aku datang ke kampus hari ini, namun untunglah dosen belum lama masuk ke ruangan hingga aku tidak terlalu malu untuk mengikuti kelas hari ini. Belum ada 10 menit aku duduk aku merasa ada yang menendang sepatuku dari belakang, aku menoleh sejenak. Dibelakangku Andi menatapku tak berkedip.
"Kenapa" tanyaku agak berbisik
Dia mengangsurkan secarik kertas padaku, dan aku membacanya "Ayo makan setelah ini" dan aku menengok kebelakang sebentar, tatapannya sepertinya serius. Lalu aku tuliskan beberapa kata di kertas itu. "Aku ngga bisa, aku harus ketemu Bu Rita, maaf, lain kali ya" dan kuberikan kertas itu padanya. Aku tidak melihatnya lagi sampai pelajaran selesai, dan dia pun tidak memberikan lagi kertas padaku.

Dosen dan beberapa teman sudah ada yang keluar dari ruangan, aku memasukkan buku catatanku ke dalam tas dan mengeluarkan tugas yang diberikan oleh Bu Rita, dosen Komputerku. Ketika aku bangkit dari kursi, mendadak tanganku di cekal dari samping. Andi berdiri didepanku. Urung aku berdiri sambil menatapnya tajam.
"Aku ingin makan dan bicara padamu" ucapnya
"Aku kan bilang ada urusan sama Bu Rita" jelasku
"Aku tunggu sampai selesai" Andi melepaskan tanganya, agak risih juga karena beberapa teman melihat padaku dan Andi
"Aku ngga bisa janji, nanti saja aku hubungi kalau sudah selesai urusanku" Aku bangun dan kutepiskan Andi dari hadapanku. Aku berjalan keluar ruangan dan menuju ke lantai bawah hingga sampai di depan ruangan Bu Rita.
Sengaja aku buat lama ngobrol dengan Bu Rita, aku memang dekat dengan Dosen Komputerku ini, karena diantara mahasiswa yang ikut kelas Komputer aku lah yang paling cepat mengikuti pelajaran beliau. Aku keluar ruangan setelah Bu Rita hendak mengajar untuk anak semester 3.

Aku keluar dari gedung jurusan Informatika dengan cepat, kulihat diatas motorku sudah duduk orang yang aku hindari, namun sepertinya sudah tidak bisa aku balik arah, dia sudah melihatku. Dan dengan terpaksa aku menuju ke motorku di parkirkan
"Kamu mau ajak aku makan kemana?" tanyaku pada Andi, karena aku yakin aku sudah tidak bisa menolak dia, dan dia pasti tau apa yang aku pikirkan kalau aku hendak menghindari dia hari ini.
Andi menyeret tanganku, beberapa langkah aku berhenti "Nggak usah kau tarik aku juga ikut, lepasin tanganmu Ndi" ucapku
Dia melepaskan tangannya, dan kembali berjalan. Sampailah aku di dekat mobilnya, kubuka pintu dan aku duduk di sana. Kami hanya diam diperjalanan, entah kemana dia akan membawaku. Sampailah akhirnya di tempat parkir yang aku tidak yakin dia mengajakku kesini untuk makan. Mobil berhenti namun aku tidak bergeming dari duduk.
"Kamu mengajakku makan atau kencan?" tanyaku pada Andi, karena aku dan dia sekarang berada di parkiran dekat pantai
"Dua-duanya" jawabnya singkat "Ayo keluar" ucapnya melanjutkan
Agak malas aku keluar dari mobil Andi. Kutinggalkan Andi dan aku menuju pantai yang jaraknya sudah tidak terlalu jauh. Andi menyusulku kemudian.
"Met ulang tahun ndi " ucapku setelah dia ada di sebelahku "Aku ngga bisa kasih kado apa-apa "
"Kamu mau ikut kesini sudah jadi kado buatku " ucapnya sendu
Aku tertawa getir "Baiklah, khusus untuk hari ini, kau ingin aku bagaimana untukmu "

** .... Bersambung .... **
Baca Selengkapnya